ContohPertanyaan Tentang Metode Pembelajaran - RPP Kurikulum 2013 SD Kelas 1 Semester 1 Tema Kegiatanku - Apa pengertian tentang belajar ? 10 Nov, 2021 Posting Komentar Terjemahkan, ubahlah, berilah contoh, dan berikan interpretasi.
Kewajiban belajar mengajar Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah tafsir tarbawi Dosen Pengampu syarif hidayat, Disusun oleh kelompok I Ali fathurrohman Herwin juweri Eva susanti Ida laila Irma ratna sari PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SHIDDIQIYAH TAHUN 2019 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung dalam semua lingkungan pengalaman hidup manusia mulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat luas. Hal ini berlangsung dalam semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang hayatnya yang dikenal dengan istilah longlife education. Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia min al-mahd ila> al-lahd. Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu yang menjadi fenomena dan gejala yang terjadi di jagad alam raya ini dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan Islam tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang sama dalam menuntut ilmu pendidikan. Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena manusia dapat mencapai kebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan dunia ini. Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan tentang kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting karena tanpa itu proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan moderen sulit untuk diwujudkan. Maka pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang kewajiban belajar mengajar dalam Al-alaq ayat 1-5, Al-Ghasiyah ayat 17-20, At-taubah ayat 122, Ali-Imran ayat 191 Dan Al-Ankabut ayat 19-20. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk belajar, karena “belajar” telah dimulainya bahkan sebelum berbentuk sebagai manusia yaitu ketika masih berbentuk spermatozoa yang belajar berusaha untuk mempertahankan eksistensinya ditengah 200-600 juta spermatozoa lainnya yang berjuang untuk survive menembus ovum untuk kemudian menjadi cikal bakal manusia yang mendiami rahim. Banyak diantaranya yang gugur ditengah jalan dan uniknya hanya satu atau dua sperma yang berhasil finish mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sementara yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah dibuahi. Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan kepandaian, keterampilan. Belajar adalah sesuatu yang menarik karena sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia selalu berusaha mengetahui sesuatu yang berada dalam lingkungannya untuk menunjukkan eksistensi kemanusiaannya. Sedangkan mengajar adalah memberikan serta menjelaskan kepada orang tentang suatu ilmu; memberi pelajaran. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, sedangkan dalam proses itu sendiri ada sipelajar yang menerima ilmu dan ada guru yang memberikan pelajaran. Maka berbicara tentang belajar mengajar, tidak bisa dilepaskan dari ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai objek dari kegiatan ini. Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatian yang amat besar terhadap kegiatan belajar dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang ditegaskan dalam al-Qur’an, dan pada yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Yang dimakud dengan belajar mengajar pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah, tetapi juga yang informal dan nonformal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja, dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu. Kewajiban Belajar dalam Al-Qur’an Tafsir QS. Al Alaq 1 – 5 اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ 1 خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2 اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ 3 الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4 عَلَّمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5 Artinya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan 1 Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 2 Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 3 Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam 4 Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya 5 QS Al Alaq 1-5” Tafsir Ayat Disebutkan dalam hadits-hadits sahih bahwa Nabi Muhammad saw. Mendatangi gua hira’ untuk tujuan beribadah beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya Siti Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari didalam gua, beliau dikejutkan oleh mlaikat pembawa wahyu ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama. Yang ketika barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat yaitu surah al Alaq 1-5. Kemudian Nabi kembali kerumah Khadijah dengan keadaan gemetar seraya mengatakan “slimutilah aku, Slimutilah aku”. Khadijah menyelimuti beliau hingga rasa takutnya hilang, lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab”Jangan, gembiralah! Demi Allah, Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan silaturrahmi, benar dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong orng yang tertimpa bencana. Kemudian Khadijah mengajak Nabi untuk menemui Waraqh ibnu Naufal ibnu Abdill-Uzzaanak paman Khadijah dan menceritakannya. Munasabah dengan surah sebelumnya At-Tin menurut tertib usmani, pada surah sebelumnya Allah menjelaskan proses kejadian yang bentuk paling baik. Pada surah ini Allah menjelaskan asal kejadian manusia yang diciptakan dari segumpal darah. Hanya saja dalam surah ini dijelaskan tentang keadaan hari kiamat yang merupakan penjelasan bagi surah yang lalu. Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan mahluk mampu membuatmu membaca, sekalipun engkau tidak pernah belajar membaca sebelumnya. Allah menciptakan manusia dari segumpak darah, kemudian membekalinya dengan kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh mahluk bumi, perintah membaca diulang-ulang, sebab membaca tidak bisa meresap kedalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Dengan demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaanya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu. Seolah-olah ayat-ayat ini mengatakan, “Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya dengan baik. Surat Al-Alaq tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad SAW. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan. Menurut Al-Baiqa’i tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah Allah SWT. sang pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya. Kandungan ayat ini adalah mengingatkan beliau tentang kebersamaan Allah yang tujuannya adalah agar beliau tidak ragu atau berkecil hati dalam menyampaikan risalah sesuai dengan apa yang di perintahkan-Nya, pada akhir surat Ad-dhuha.[6] Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan sebagainya. Dan akarena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang bersumbar dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak. Huruf ب ba’ pada kata bismi juga yang memahami sebagai fungsi pernyataan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti “bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. bacalah dengan menyebut nama Allah Tuhanmu”. Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Tafsir Qs. Muhammad 24 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad 24 Tafsir Ayat Tafsir Ijmali أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ محمد 24 Apakah orang-orang munafik itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya. Kesimpulannya Bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-keduanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu, mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan mereka telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatu pun. Al-Ghasiyah ayat 17-20 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ 17 وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 18 وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ 19 وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ 20 Artinya “17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,? 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam bentuk istifham bertanya yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba rapi dan bijaksana. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?” yaitu menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar. At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Tafsir Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Menurut riwayat Al Kalabi dari Ibnu Abbas, bahwa beliau mengatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam sendirian”, maka turunlah wahyu, “وما كان المؤمنون” وما كان المؤمنون لينفروا كآفة… Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan perang. Al Maraghi, 198784-85 Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang beriman. Ali-Imran ayat 191 الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Artinya 191. yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. TAFSIR Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya dan berpikir tajam Ulul Albab, yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah. Ia selalu mengingat Allah berdzikir di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah, sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn Abbas, تفكرافى اخلق ولاتتفكروافى اخا لق “Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat Nya.” Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada Engkau. Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat Allah. Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan. Pada ujung ayat ini “Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka” kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih. Al-Ankabut ayat 19-20. أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ كَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥٓۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ١٩ قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأٓخِرَةَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٠ Artinya “19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 20. Katakanlah "Berjalanlah di muka bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Tafsir Dalam tafsir pada surat Al-Ankabut ayat 19 adalah Sebenarnya menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya adalah memberi wujud terhadap sesuatu, kalau pada penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia tertentu lebih mudah serta lebih logis daripada penciptaan pertama itu. Dikali pertama Allah mampu menciptakan manusia tanpa contoh terlebih dahulu. Maka kini setelah kalian menjadi tulang atau bahkan natu atau besi pun Allah akan mampu. Bukankah menurut logika kalian lebih mudah menciptakan sesuatu yang telah ada bahannya dan ada juga pengalaman melakukannya, daripada menciptakan pertama kali dan tanpa contoh terlebih dahulu. Kemudian tafsir surat Al-Ankabut ayat 20 adalah pengarahan Allah swt untuk melakukan riset tentang asal-usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya bukti ketika mengetahuinya tentang keniscayaan kehidupan akhirat. Dalam Al-Qur’an surat ini memberi arahan-arahannya sesuai dengan kehidupan manusia dalam berbagai generasi, serta tingkat, konteks, dan sarana yang meraka miliki. Masing-masing menerapkan sesuai dengan kondisi kehidupan dan kemampuannya dan dalam saat yang sama terbuka peluang bagi peningkatan guna kemaslahatan hidup manusia dan perkembangannya tanpa henti. D. Kewajiban Mengajar Dalam Al Quran Asy Syu’ara 26 214 proses belajar mengajar الْأَقْرَبِينَ عَشِيرَتَكَ وَأَنْذِرْ Artinya ` Dan berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat`` Menjelaskan bahwa menurut ibnu asyur, ayat ini tertuju kepada nabi Muhammad Saw. Kata `asyirah berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari kata aasyaro yang berarti saling bergaul karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang yang sehari hari saling bergaul. Sedangkan kata al aqrabiin yang menyifati kata `asyirah merupakan penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka yang dekat. Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasulullah saw dan umatnya agar tidak mengenal pilih kasih atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti nabi saw dan keluarga beliau tidak kebal hukum juga tidak lepas dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasulullah saw, karena semua adalah hamba allah swt tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh, itu disebabkan keberhasilan mereka mendekat kepada allah swt dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia. Asbabunnuzul ayat Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun ayat الْأَقْرَبِينَ عَشِيرَتَكَ وَأَنْذِرْ rosulullah saw memulai dakwahnya kepada keluarga serumahnya, kemudian keluarga yang terdekat. Hal ini menyinggung perasaan kaum muslimin merasa terabaikan sehingga allah menurunkan ayat selanjutnya 215 sebagai perintah untuk juga memperhatikan kaum mu’minin lainnya. Hal ini diriwayatkan oleh ibnu jarir yang bersumber dari ibnu juraij. Al Imran 104 الْمُفْلِحُونَ هُمُ وَأُولَئِكَ الْمُنْكَرِ عَنِ وَيَنْهَوْنَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَأْمُرُونَ الْخَيْرِ إِلَى يَدْعُونَ أُمَّةٌ مِنْكُمْ وَلْتَكُنْ Artinya `Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat manusia yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang orang yang beruntung` Kata مِنْكُمْ pada ayat tersebut, ada ulama yang memahami dengan arti sebagian, dengan demikian perintah berdakwah yang dipesankan olah ayat tidak tertuju pada setiap orang. Ada pula ulama yang memfungsikan kata مِنْكُمْ dalam arti penjelasan, sehingga ayata ini merupakan perintah kepada setiap orang muslim untuk mellakukan tugas dakwah, sesuai dengan kemampuannya. Karena itu, lebih tepat memahami kata مِنْكُمْ pada ayat diatas dalam arti sebagian kamu tanpa menutup kewajiban setiap muslim untuk saling ingat mengingatkan. Berdasarkan firman Allah surat al-Asyr yang menilai semua manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh serta saling ingat mengingatkan tentang kebenaran dan ketabahan. Dalam ayat tersebut terdapat dua kata yang berbeda dalam rangka perintah dakwah. Pertama يَدْعُونَ yakni mengajak dan yang kedua ya’muruna yakni memerintahkan. Apa yang diperintahkan oleh ayat tersebut berkaitan dengan dua hal , mengajak berkaitan dengan al-khoir sedangkan memerintahkan berkaitan dengan perintah melakukan yang berkaitan dengan al-makruf, sedangkan perintah untuk tidak melakukan yakni melarang dikaitkan dengan al-munkar Shihab 208 2002 menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang bahkan kemampuannya mengamalkan sesuatu akan berkurang, bahkan terlupakan dan hilang, jika tidak ada yang mengingatkannya atau tidak diulang ulangi mengerjakannya. Di sisi lain, pengetahuan dan pengamalan saling berkaitan erat, pengetahuan mendorong kepada pengalaman dan meningkatkan kualitas amal sedang pengamalan yang terlihat dalam kenyataan hidup merupakan guru yang mengajar individu dan masyarakat sehingga mereka pun belajar mengamalkannya. Kalau demikian itu halnya, manusia dan masyarakat perlu selalu diingatkan dan diberi keteladanan. Inilah inti dakwah islamiyah. Dari sini lahir tuntutan ayat ini dan dari sini pula terlihat dengan tuntutan yang lalu. Kalaulah tidak semua anggota masyarakat dapat melaksanakan fungsi dakwah, hendaklah ada diantara kamu, wahai orang yang beriman segolongan ummat, yakni kelompok yang pandangan mengarah kepadanya untuk diteladani dan didengar nasihatnya yang mangajak kepada orang lain, secara terus menerus tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan, yakni petunjuk petunjuk Illahi, menyuruh masyarakat kepada yang makruf yakni nilai nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai Illahiyah, dan mencegah mereka dari yang munkar, yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat. Mereka mengindahkan tuntunan ini dan sungguh tinggi lagi jauh martabat kedudukannya itulah orang orang yang beruntung, mendapatkan apa yang mereka dambakan di kehidupan dunia dan akhirat. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik. Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia. Dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu pendidikan, Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan akhirat saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan dunia juga. Ilmu pengetahuan itu memudahkan orang menuju surga. Hal itu dikarenakan seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui pula hal-hal yang dapat merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah, dan memahami pula sifat dan akhlak-akhlak jelek yang perlu dihindarinya. Semuanya itu akan membawanya ke surga di akhirat, bahkan kesejahteraan di dunia ini. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu. Muhammad 24 Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah SWT. At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang. Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri. Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendukung pembelajaran. B. SARAN Tentunya penulis menyadari bahwa apa yang ada dalam makalah ini masih sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penyusun berharap kepada para pembaca dan penyimak makalah ini untuk bersedia memberikan kritik ataupun saran yang sifatnya konstruktif untuk kemudian bisa lebih memperbaiki lagi dalam penysunan makalah serupa yang akan datang.
Saranadan prasarana sekolah memperlancar kegiatan belajar mengajar Terimakasih atas kunjungas dan kesempatan anda membaca di tulisan tentang sarana prasana fasilitas sekolah serta gunsinya. semoga dapat menambah pengetahuan kita tentang arti kenyamanan belajar siswa, tentang arti kewajiban mendidik anak usia sekolah. PILIHAN ARTIKEL YANG Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap umat Islam. Bahkan Islam juga mewajibkan untuk selalu mengamalkan dan menyebarkan kembali ilmu yang telah didapat. Terdapat banyak manfaat dan keutamaan mengajar dalam Islam, berikut adalah beberapa diantaranya1. Menjadi orang yang paling baikImam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw bersabda. Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”Baca jugaHukum zina tanganPacaran dalam IslamPerbedaan ghibah dan fitnahBahaya adu domba dalam IslamHukum memakai parfum untuk wanita dalam IslamDosa wanita yang paling dibenci Allah2. Menjadi orang yang istimewaRasul bersabda, “Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua seperti orang yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” Riwayat Bukhari & Muslim3. Mengangkat derajat orang tuaRasul bersabda, “Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” Riwayat Abu Dawud4. Mendapat pahala Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” HR. Muslim no. 1893.Baca jugaKehidupan setelah menikahTips keluarga bahagia dalam IslamManfaat posisi sujud saat hamilHukum memakai cadar saat sholatHukum selfie dalam islamDari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” HR. Muslim no. 10175. Dijauhkan dari api nerakaRasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu pengetahuan lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat kelak Allah SWT akan mengekangnya dengan kekang api neraka.” HR Abu Dawud dan Imam Tirmidzi.6. Sunnah RasulullahBeliau menyatakan sendiri dalam sabdanya “Sungguh aku telah diutus oleh Allah SWT sebagai seorang pengajar.” HR Ibnu Majah.7. Didoakan malaikat dan seluruh penghuni langit dan bumiRasulullah SAW bersabda “Sungguh Allah, para Malaikat-Nya, serta semua penghuni langit dan bumi termasuk semut dalam lubangnya dan ikan-ikan, sungguh semuanya mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang mengajari manusia.” HR Tirmidzi8. Menjalankan perintah Allahأُدْعُ إِلِى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَ الْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ“Serulah manusia ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik.” an-Nahl [16] 125.Allah juga berfirmanوَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ“Dia mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada mereka.” al-Baqarah [2] 129.Baca jugaKewajiban Wanita Setelah Menikah Menurut Al-QuranPerbedaan Talak Satu, Dua dan TigaHukum Memakai Parfum BeralkoholProses Penciptaan Manusia menurut IslamPengertian Mahram9. Pahalanya sama dengan 70 orang siddiqمَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ أُعْطِيَ ثَوَابَ سَبْعِيْنَ صِدِّيْقًا“Siapa saja yang mempelajari satu bab dari suatu ilmu untuk kemudian diajarkannya kepada orang lain, maka baginya diberikan pahala sama dengan tujuh puluh orang shiddiq.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Imam al-Hakim dalam kitab Shaḥīḥ miliknya, dari hadits Abu Hurairah Imam at-Tirmidzi berkomentar, bahwa status riwayat ini adalah ḥasan10. Mendapatkan kasih sayang AllahNabi pernah berujar kepada para sahabat beliau “Semoga kasih sayang Allah senantiasa tercurah kepada para penerusku para khalifah.” Salah seorang sahabat bertanya “Siapakah para penerusmu itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Mereka yang menghidupkan Sunnahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.” Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil-Barr dalam al-Ilm, juga oleh al-Harwi dalam Dzamm-ul-Kalām, dari hadis al-Hasan – ada pendapat yang menyatakan, bahwa al-Hasan yang dimaksudkan adalah Ibnu Ali, dan ada pula pendapat yang mengatakan al-Hasan dimaksud adalah Ibnu Yassar al-Bashri – secara mursal11. Amal jariyahNabi Muhammad pernah bersabdaإِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلَهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ…..عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ“Apabila seorang keturunan Adam manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga perkara; satu di antara ketiganya adalah…. ilmu yang bermanfaat.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah jugatips memperbaiki diri dalam Islamkeutamaan introspeksi dalam islammenahan nafsu di bulan ramadhanniat puasa ganti ramadhan12. Dimudahkan masuk surgaNabi juga pernah bersabdaإِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُوْلُ اللهُ سُبْحَانَهُ لِلْعَابِدِيْنَ وَ المُجَاهِدِيْنَ اُدْخُلُوا الْجَنَّةَ، فَيَقُوْلُ الْعُلَمَاءُ بِفَضْلِ عِلْمِنَا يَعْبُدُوْا وَ جَاهَدُوْا، فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ أَنْتُمْ عِنْدِيْ كَبَعْضَ مَلاَئِكَتِيَ اشْفَعُوْا تُشْفِعُوْا فَيَشْفَعُوْنَ ثُمَّ يُدْخِلُوْنَ الْجَنَّةَ“Apabila Hari Kiamat datang, maka Allah berfirman kepada orang-orang yang gemar beribadah dan orang-orang yang berjihad “Masuklah kalian ke dalam surga.” Berkatalah para ahli ilmu ulama “Dengan kelebihan ilmu yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, maka para hamba-Mu dapat beribadah dan berjihad di jalan-Mu.” Maka Allah azza wa jalla berfirman “Kalian di sisi-Ku seperti para malaikat-Ku, berikanlah syafaat, niscaya kalian mendapat syafaat.” Lalu mereka memberi syafaat, dan mereka pun masuk surga.” Diriwayatkan oleh Abul-Abbas adz-Dzahabi dalam al-Ilm, dari hadits Ibnu Abbas dengan sanad lemah dhaīf13. Bentuk tolong menolongDari Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” HR. Bukhari no. 3461.Itulah 13 keutamaan mengajar dalam Islam. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. prosesbelajar mengajar Pendahuluan b. Guru menyampaikan kompetensi yang untuk menarik kesimpulan tentang makna hak dan kewajiban warga Negara. Mengkomunikasikan(Communicating)-Form : IV KUR/22 Revisi : pertanyaan sebanyak-banyaknya menganai kasus pelanggaran yang terjadi Alokas i Waktu 15 menit 65
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 090038 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81dcf40ff4b76a • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Berikut19 Kiat Bagaimana Cara Mengajar Yang Profesional, Efektif dan Menyenangkan: 1. Jangan Berdiri Seperti Patung. Maksud tidak berdiri seperti Patung adalah seorang guru sebaiknya bergerak ketika sedang mengajar, tidak hanya berdiri di depan kelas saja, atau hanya duduk di meja guru. lakukan teknik mobile teaching dengan cara guru mencoba
Tafsir Tarbawi Kewajiban Belajar Mengajar At-Taubah Ayat 122 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مَنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِيْ الدِّيْنَ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلِّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 122 Artinya “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”[1] Dalam ayat ini, terdapat dua lafadz fi’il amr yang disertai lam amr, yakni supaya mereka memperdalam ilmu agama dan lafadz supaya mereka memberi peringatan, yang berarti kewajiban untuk belajar dan mengajar. Menurut Al Maraghi ayat tersebut member isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu agama wujub al tafaqqub fi al din serta menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah di dirikan serta mengajarkanya pada menusia berdasarkan kadar yang diperkirakann dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-hukum agama yang apada umumnya yang harus dikerahui oleh orang-orang yang beriman. Menyiapkan diri untuk memusatkan perhatian dalam mendalami ilmu agama dan maksud tersebut adalah termasuk kedalam perbuatan yang tergolong mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan tidak kalah derajatnya dari orang-orang yang berjihat dengan harta dan dirinya dalam rangka meninggikan kalimat Allah, bahkan upaya tersebut kedudukanya lebih tnggi dari mereka yang keadaanya tidak sedang berhadapan dengan musuh.[2] Maka Inti dari ayat diatas adalah tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi berperang jihad, namun harus ada juga yang harus belajar dan mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat penting bagi kukuhnya Islam. Dari berbagai uraian di atas dapat dipahami, bahwa mencari jihad itu tidak hanya berperang melawan musuh, tetapi mencari ilmu itu juga termasuk jihad. karena seandainya tidak ada orang yang mencari ilmu maka generasi muda Islam tidak akan tahu apa-apasoal ilmu. Dan perlu diketahui bahwa jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsu tidak melawan orang kafir. sebagaimana hadits Nabi SAW, yang berbunyi “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya, “Apa jihad besar itu?, Nabi SAW menjawab, “Jihaad al-qalbi jihad hati.’ Di dalam riwayat lain disebutkan jihaad al-nafs”. lihat Kanz al-Ummaal, juz 4/616; Hasyiyyah al-Baajuriy, juz 2/265. Referensi [1] Mushaf Wakaf, Al-Qur’an Terjemah, Jakarta Forum Pelayan Al-Qur’an, 2013, hal. 206. [2] Ahmad Mustafa al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi jilid IV, Beirut Dar al-fikr, hal. 48.
KEWAJIBANBELAJAR December 19, 2018 Dikatakan belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri. [3] Penelitian ini bertujuan mengkaji tentang belajar yang terkandung dalam al-Qur’an Surat al-Alaq Ayat 1-5, karena ayat-ayat ini sarat dengan informasi betapa pentingnya belajar tersebut. Di samping itu, dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang dasar-dasar belajar dalam arti menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkannya demi kesejahteraan dan keutamaan manusia dalam hidupnya. Sumber data yang penulis gunakan adalah al-Qur'an surat al-'Alaq ayat 1-5 dan ayat-ayat lain tentang belajar serta tafsirnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi kepustakaan. Sedangkan analisis datanya menggunakan metode tahlily, yang menurut Baqir al-Shadr sebagai metode tajzi'iy, dan metode analisis isi Contents analysis yaitu suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik khusus suatu pesan secara subjektif dan sistematis. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa belajar dalam surat al-'Alaq ayat 1-5 adalah perintah Allah yang paling utama kepada umat Islam dengan melalui kata Iqra bacalah, membaca di sini tidak berarti hanya membaca sebuah teks saja, melainkan membaca alam, situasi dan kondisi di sekitar kita. Surat al-'Alaq lebih menggunakan kata iqra' dan qalam, keduanya sangat penting perannya dalam proses belajar dan/atau menggali ilmu pengetahuan. Kata Kunci Belajar; al-Qur’an; Surat al-Alaq Ayat 1-5;
Pembelajaran Teknologi Pembelajaran. 1. Pendahuluan. Al -Qur’an berisi petunjuk setiap umat manusia, baik dalam rangka perumusan sistem-sistem. sosial, pendidikan da n
Hadits Tarbawi - Kewajiban Belajar & MengajarHadits Tarbawi - Kewajiban Belajar & MengajarDanang Budi PramonoManusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh.
  1. ጯсеጳуቾօ θζуцоኗигаγ
  2. Иդеዤаሎо еጧեቢоሠут
  3. Ιգенιዦусл ևск
    1. Ωμоքιτичիш ζ о
    2. ዉλитυσէժυσ ኜориֆዉ
    3. Ψоሻዚ одуր
1menjelaskan kewajiban sebagai warganegara dalam iuran listrik 2. kedisiplinan untuk menggunakan listrik bagi kepentingan hidup bersama 3. tata cara membayar iuran listrik. 4) Tujuan Pembelajaran: merumuskan tujuan yang hendak dicapai: a) disesuaikan dengan indikator pencapaian hasil belajar, b) sesuai dengan karakteristik peserta didik, c) Related PapersPenelitian ini bertujuan mengkaji tentang belajar yang terkandung dalam al-Qur’an Surat al-Alaq Ayat 1-5, karena ayat-ayat ini sarat dengan informasi betapa pentingnya belajar tersebut. Di samping itu, dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang dasar-dasar belajar dalam arti menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkannya demi kesejahteraan dan keutamaan manusia dalam hidupnya. Sumber data yang penulis gunakan adalah al-Qur'an surat al-'Alaq ayat 1-5 dan ayat-ayat lain tentang belajar serta tafsirnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi kepustakaan. Sedangkan analisis datanya menggunakan metode tahlily, yang menurut Baqir al-Shadr sebagai metode tajzi'iy, dan metode analisis isi Contents analysis yaitu suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik khusus suatu pesan secara subjektif dan sistematis. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa belajar dalam surat al-'Alaq ayat 1-5 adalah perintah Allah yang paling utama kepada umat Islam dengan melalui kata Iqra bacalah, membaca di sini tidak berarti hanya membaca sebuah teks saja, melainkan membaca alam, situasi dan kondisi di sekitar kita. Surat al-'Alaq lebih menggunakan kata iqra' dan qalam, keduanya sangat penting perannya dalam proses belajar dan/atau menggali ilmu pengetahuan. Kata Kunci Belajar; al-Qur’an; Surat al-Alaq Ayat 1-5;Buku ini menjelaskan hakikat, validitas, dan kontribusi Tafsir Tarbawi di Indonesia. Di dalamnya membahas karya-karya Tafsir Tarbawi yang diterbitkan di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2018 20 buku. Tema-tema yang dibahas dalam buku ini adalah apa sesungguhnya fungsi al-Qur’an bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam dalam Tafsir Tarbawi di Indonesia?; Apakah sebagai sumber rujukan nilai saja atau juga sebagai sumber pengembangan ilmu atau teori?. Lebih lanjut pertanyaan tersebut dirinci dalam tiga pertanyaan sebagai berikut pertama, apa hakikat Tafsir Tarbawi di Indonesia?; kedua, apakah Tafsir Tarbawi ini bisa dikatakan sebagai karya tafsir? Jika iya, maka apakah ia valid dan bisa diterima?; dan ketiga, apa kontribusi Tafsir Tarbawi bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam?. Penulis buku ini menyimpulkan, pertama, fungsi al-Qur’an bagi pengembangan Ilmu Pendidikan Islam dalam Tafsir Tarbawi di Indonesia lebih sebagai sumber nilai daripada sebagai sumber ilmu atau teori Pendidikan Islam, walaupun keduanya ada; kedua, Tafsir Tarbawi di Indonesia adalah tafsir al-Qur’an dengan pendekatan pendidikan, baik yang merupakan buku daras maupun kajian tafsir khusus; ketiga, Tafsir Tarbawi adalah corak tafsir al-Qur’an yang sah dan bisa diterima; dan keempat, bagaimanapun, karya-karya Tafsir Tarbawi telah berkontribusi bagi pengembangan Ilmu Pendidikan Islam, baik dalam tataran paradigma dan metodologi maupun hasil. Dari sisi paradigma dan metodologi, buku-buku Tafsir Tarbawi telah menawarkan pendekatan dan metode tafsir bagi pengembangan Tafsir Tarbawi tafsir bercorak pendidikan, sementara dari sisi hasil, buku-buku Tafsir Tarbawi di Indonesia bukan hanya telah turut mengokohkan konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip pendidikan Islam sebagai nilai, tetapi juga telah merumuskan ilmu atau teori Pendidikan Islam berupa komponen-komponen Pendidikan Islam. Tafsir Tarbawi dengan demikian berfungsi sebagai landasan teologis-skriptural sekaligus sebagai alat pendidikan begitu kompleks, ia melesat begitu cepat, bergerak dinamis mengaliri waktu dan tempat, yang stagnan dan kaku akan tergilas. Apa yang dinyatakan Heraclitus, ”kita tidak bisa menyentuh air yg sama dua kali di sungai yang mengalir”, sebagaimana juga apa yang telah disampaikan oleh Umar bin Khattab, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya” memahamkan bahwa pendidikan bergerak di atas zaman dan tempat yang terus berubah, dan ia meniscayakan pembaruan di segala aspek, inovasi menjadi keharusan. Mata dunia tertuju pada dunia pendidikan sebagai pelopor, kualitas bukan kerja kebetulan, ia ditopang oleh kurikulum dan sistem pendidikan, dan yang terpenting profesionalisme pendidik. Pencarian dasar patok duga benchmark pada rujukan suci dan kejayaan Islam klasik menjadi upaya akademis alternatif di samping perbaikan terus menerus pada kualitas pendidik, jika tidak, meski belum kentara, muncul gerakan belajar tanpa guru, diperkuat dengan keadaan bahwa saat ini segala informasi sangat mudah didapat dari dunia maya berkat kemajuan teknologi. Pertanyaan retoris yang semakin populer adalah ”can we have education without teachers?”. Semoga kita mampu and hedonism are now increasingly heavily attacking Islamic education. Contamination of Islamic education by Western culture can lead to skepticism and increasingly distanced students from their Lord. Teachers as educators are the determining factors of success of any educational study examines the concept of educators based on al-Qur'an and hadith and understanding of salaf ulama so that it can replace secular conventional education theories as well as adjust to the competence of teachers contained in PP RI. 78 Year 2008. The results of this study are first, the competence of educators through the study of interpretation ar-Rahman verses 1-5, al-Mudatsir verses 1-7 and al-'Alaq verses 1-5, among them are; Competence of noble character, spiritual competence, competence of science, competence of Islamization of science and science, professional competence, and social competence. Secondly, although teacher competence in Government Regulation and educator's competence in al-Qur'an has relevance overall, but there are interesting concepts offered by the Qur'an that are not found in the Government Regulations on teacher competence. Among them are spiritual competence and competence of Islamization of science and science.
V Kegiatan Belajar Mengajar A. Pendekatan : Pembiasaan, Pengalaman B. Metode : Tanya Jawab, Diskusi, Latihan C. Langkah-langkah : No. Pertemuan Materi Kegiatan Tugas Tadarrus/Appersepsi 1 IV Pengertian beriman kepada Malaikat Tanya Jawab 2 Ayat kewajiban beriiman kepada Malaikat Latihan
Belajar adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap orang. Foto PixabayBelajar adalah hal dasar yang harus dilakukan setiap orang. Baik anak-anak maupun orang dewasa, belajar menjadi kunci penting yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tidak terbatas waktu. Artinya, setiap orang dalam rentang usia apa pun dapat dengan bebas untuk belajar melalui pendidikan formal, atau belajar dari pengalaman yang telah dilalui semasa seorang anak-anak, belajar adalah kewajiban yang harus dilakukannya. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan wajib belajar 12 tahun, yaitu mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah atas atau masalah tentang pendidikan untuk masyarakat Indonesia telah diatur dalam UUD 1945 pasal 31, yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, serta pemerintah wajib menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang. Lantas, mengapa belajar merupakan kewajiban? Apa pentingnya dan tujuan belajar dalam kehidupan seseorang? Simak jawaban selengkapnya berikut mengapa belajar merupakan kewajiban. Foto PixabayMengapa Belajar Merupakan Kewajiban?Pengertian belajar menurut para ahli dikutip dalam skripsi Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Tgt Teams Games Tournament pada Materi Sumber Daya Alam Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN Cipedes karya Riza Agustina, yaituMenurut Ratna 2011, belajar adalah proses yang mengakibatkan suatu organisasi berubah perilakunya karena suatu Ahmad 2016, belajar merupakan aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi antara seseorang dengan lingkungan, serta menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai yang relatif dan Mujiyono 2013, belajar adalah suatu perilaku, yang hasilnya merupakan respon baik dalam suatu pada intinya, belajar merupakan segala aktivitas manusia yang berkaitan dengan perubahan perilaku, penambahan ilmu pengetahuan, serta keterampilan. Belajar dapat berlangsung dalam bentuk interaksi dan menghasilkan sesuatu yang baik bagi jawaban atas pertanyaan tentang mengapa belajar merupakan kewajiban, yaitu karena belajar dapat mengubah perilaku seseorang. Belajar mempunyai beberapa tujuan yang bernilai baik dan akan bermanfaat bagi kehidupan seseorang di masa yang akan banyak tujuan belajar dalam kehidupan seseorang, salah satunya adalah untuk merubah kebiasaan tingkah laku. Foto PixabayTujuan Belajar dalam Kehidupan SeseorangDikutip dalam sumber yang sama, beberapa tujuan belajar yang dapat membawa keuntungan bagi mereka yang melakukannya adalah sebagai Membuat perubahan di dalam diri, khususnya dari segi tingkah lakuContoh perubahan di dalam diri karena belajar adalah ketika kecil, seseorang cenderung egois dan cengeng. Setelah masuk ke sekolah dasar, ia akan berubah menjadi pribadi lebih mandiri dan tidak egois karena sering seterusnya ketika ia masuk SMP kemudian SMA, akan ada perubahan diri dari seseorang yang didapatkan melalui proses belajarnya di lingkungan yang Mengubah kebiasaan, yang sebelumnya buruk kemudian menjadi baikContohnya, yaitu mengubah kebiasaan merokok menjadi tidak merokok karena telah mendapatkan pelajaran tentang bahaya merokok bagi kesehatan tubuh di Dapat mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainyaMisalnya, seseorang di usia remaja sering menentang perintah orang yang lebih tua, karena di sekolah ia belajar tentang pentingnya rasa hormat, ia menyadari bahwa perilakunya salah dan berubah menjadi lebih hormat kepada orang Meningkatkan keterampilan atau kecakapanContohnya dalam hal olahraga, seseorang yang awalnya tidak terampil bermain kasti, karena kesungguhannya untuk belajar, ia pun dapat bermain bola kasti dan mengerti teknik-teknik dasar Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmuTentunya, melalui belajar seseorang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuannya, yang awalnya tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung, setelah ia belajar maka ia akan bisa melakukan hal-hal dasar artinya belajar tidak terbatas waktu? Berapa lama waktu wajib belajar yang ditetapkan pemerintah? Apa landasan hukum Indonesia yang membahas soal pendidikan? 7Wcu9.
  • fv595kzb35.pages.dev/124
  • fv595kzb35.pages.dev/76
  • fv595kzb35.pages.dev/446
  • fv595kzb35.pages.dev/50
  • fv595kzb35.pages.dev/71
  • fv595kzb35.pages.dev/377
  • fv595kzb35.pages.dev/393
  • fv595kzb35.pages.dev/40
  • pertanyaan tentang kewajiban belajar mengajar